Perilaku belajar dapat ditemukan di sembarang tempat. Informasi lewat radio, televisi, surat kabar, majalah, penyuluh, film, atau wisatawan mudah di peroleh. Meluas dan cepatnya informasi tersebut dapat mempermudah perilaku belajar. Meskipun demikian kepedulian tentang bagaimana membelajarkan orang tampaknya belum memedai.
Setelah mempelajari isi dan menyelesaikan tugas-tugas dalam bab ini, di harapkan mampu :
1. Mengenal pengertian pembelajaran dengan mengorganisasikan siswa secara individual, kelompok dan klasikal
2. Menganalisis posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, baik secara expository maupun inquiry.
3. Mengenal kemampuan –kemampuan yang akan di capai pembelajar di bidang kognitif, efektif dan keterampilan.
4. Menerapkan proses pembelajaran secara deduktif dan induktif.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru dihadapkan pada siswa.Siswa yang dihadapi oleh guru rata-rata satu kelas terdiri sekitar empat puluh siswa. Kemungkinan dapat terjadi seorang guru menghadapi sejumlah ratusan siswa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengorganisasi siswa agar belajar. Guru juga menghadapi bahan pengetahuan yang berasal dari buku teks, dari kehidupan, sumber informasi lain, atau kenyataan di sekitar sekolah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengolah pesan. Pembelajaran juga berarti meningkatkan kemempuan-kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan siswa. Kemampuan-kemampuan tersebut diperkembangkan bersama dengan perolehan pengalaman-pengalaman tersebut merupakan suatu proses yang berlaku secara deduktif, atau induktif atau proses yang lain. Dengan menghadapi sejumlah pembelajaran, berbagai pesan yang terkandung dalam bahan ajar, peningkatan kemampuan pembelajar, dan proses pemerolehan pengalaman, maka setiap guru memerlukan pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran. Suatu prasyarat teknis untuk dapat membelajarkan adalah bahwa seorang pembelajar sudah pernah bertindak belajar itu sendiri.
1. Pembelajaran secara individual
Pembelajaran scara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada pembelajar klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran individual, guru memberi bantuan pada masing-masing pribadi. Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru memberi bantuan individu secara umum. Sebagai ilustrasi, bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang membaca dalam hati dan menulis karangan adalah pembelajaran individual. Pada membaca dalam hati secara individual siswa menemukan kesukaran sendiri-sendiri. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi :
a) Tujuan pengajaran
b) Siswa sebagai subjek yang belajar
c) Guru sebagai pembelajar
d) Program pembelajar
e) Orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
a. Tujuan Pengajaran Pada Pembelajaran Secara Individual
Perilaku belajar mengajar di sekolah yang menganut sistem klasikal tampak serupa. Dalam kelas terdapat siswa yang rata-rata berjumlah empat puluh siswa. Guru membantu siswa menghadapi kesukaran. Adapun tujuan pengajaran yang menonjol adalah :
1) Pemberian kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemempuan sendiri, dalam pengajaran klasikal guru menggunakan ukuran rata-rata kelas. Dalam pengajaran individual awal pelajaran adalah kemampuan tiap individu, sedangkan pada pengajaran klasikal awal pelajaran berdasarkan kemampuan rata-rata kelas. Siswa menyesuaikan diri dengan kemampuan rata-rata kelas.
2) Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal. Tiap individu memiliki paket belajar sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga.
b. Siswa dalam Pembelajaran Secara Individual
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral. Pebelajar merupakan pusat layanan pengajaran. Berbeda dengan pengajaran klasikal, maka siswa memiliki keleluasaan berupa:
1) Keleluasan belajar berdasarkan kemampuan sendiri
2) Kebebasan menggunaan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya
3) Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah di tetapkan
4) Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar
5) Siswa dapat mengetahui hasil belajar sendiri
6) Memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri
Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan tanggung jawab belajar mengajar. Pada pembelajaran klasikal, tanggung jawab guru dalam membelajarkan siswa cukup besar. Pada pembelajaran secara individual, tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri sangat besar. Pembelajar bertanggung jawab penuh untuk belajar sendiri.
c. Guru dalam Pembelajaran Secara Individual
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa:
1) Perencanaan kegiatan pembelajaran
2) Pengorganisasi kegiatan belajar
3) Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa
4) Fasilitas yang mempermudah belajar
Dalam pengajaran klasikal pada umumnya peran guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Hal ini tidak terjadi dalam pembelajaran individual. Peran guru dalam merencanakan kegiatan belajar sebagai berikut:
1) Membantu merencanakan kegiatan belajar siswa, dengan musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar, membuat program belajar sesuai kemampuan siswa
2) Membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan kriteria keberhasilan belajar
3) Berperan sebagai penasehat atau pembimbing
4) Membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan diri sendiri.
Peran guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai ahir. Peranan guru sebagai berikut:
1) Memberi orientasi umum sehubungan dengan belajar topik tertentu
2) Membuat variasi kegiatan belajar agar terjadi kebosanan
3) Mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media, dan sumber
4) Membagi perhatian pada sejumlah pembelajar, menurut tugas dan kebutuhan pembelajar, menurut tugas dan kebutuhan pembelajar
5) Memberikan balikan terhadap setiap pembelajar
6) Mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja, unjuk kerja hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja, unjuk kerja hasil belajar tersebut umumnya diahiri evaluasi kemejuan belajar
Peran guru dalam menciptakan hubungan terbuka dengan siswa bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar. Hubungan terbuka tersebut dilakukan dengan cara-cara:
1) Membuat hubungan akrab dan peka terhadap kebutuhan siswa
2) Mendengarkan secara simpatik terhadap segala ungkapan jiwa siswa
3) Membina hubungan saling mempercayai
4) Tanggap dan memberi reaksi positif terhadap siswa
5) Kesiapan membantu siswa
6) Membina suasana aman sehingga siswa leluasa bereksplorasi, memberi kemungkinan penemuan-penemuan dan mendorong terjadinya emansipasi dengan penuh tanggung jawab.
Perilaku guru dalam hubungan terbuka tersebut tetap mengacu pada kemandirian siswa yang bertanggung jawab , hal ini perlu dijaga jangan terjerumus pada pemanjaan siswa.
Peran guru yang sangat penting adalah menjadi fasilitator belajar. Tujuannya adalah mempermudah proses belajar. Cara yang dilakukan guru antara lain :
1) Membimbing siswa belajar
2) Menyediakan media dan sumber belajar
3) Memberi penguatan belajar
4) Menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, cara dan hasil belajar
5) Memberi kesempatan siswa untuk memperbaiki diri
d. Program Pembelajaran dalam Pembelajaran Individual
Program pembelajaran individual merupakan usaha memperbaiki kelemahan pengajaran klasikal. Dari segi kebutuhan pebelajar, program pembelajaran individual lebih efektif, sebab siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri. Dari segi guru, yang terkait dengan jumlah pebelajar, tampak kurang efisien. Jumlah siswa sebesar empat puluh orang meminta perhatian besar guru, dan hal itu akan melelahkan guru.
Program pembelajaran individual dapat dilaksanakan secara efektif, bila mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa
2) Tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti siswa
3) Prosedur dan cara kerja dimengerti oleh siswa
4) Kriteria keberhasilan dimengerti oleh siswa
5) Keterlibatan guru dalam evaluasi dimengerti siswa
e. Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan perkembangan individu. Dalam menciptakan pembelajaran individu, rencana guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar dan rekan diskusi. Guru berperan sebagai guru pendidik, bukan instruktur.
2. Pembelajaran Secara Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas adakalanya guru membentuk kelompok kecil. Kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3-8 orang siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini dapat terjadi, sebab :
1) Hubungan antara guru dan siswa menjadi lebih sehat dan akrab
2) Siswa memperoleh bantuan, kesempatan, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan minat
3) Siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar, kriteria keberhasilan
Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran secara kelompok dapat di tinjau dari segi:
1) Tujuan pengajaran
2) Pembelajaran
3) Guru sebagai pembelajar
4) Program pembelajaran
5) Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran
a. Tujuan Pengajaran pada Kelompok Kecil
Pembelajaran kelompok kecil merupakan perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal. Adapun tujuan pengajaran pada pembelajaran kelompok kecil adalah:
1) Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional
2) Mengembagkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam kehidupan
3) Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab
4) Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan pada anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok
b. Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah kelompok. Kelompok kecil merupakan satuan kerja yang kompak dan kohesif.
Ciri-ciri kelompok yang menonjol sebagai berikut:
1) Tiap siswa meras sadar diri sebagai anggota kelompok
2) Tiap siswa merasa diri sendiri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok
3) Memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung
4) Ada interaksi dan komunikasi antar anggota
5) Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok
Dari segi individu, keanggotaan siswa dalam kelompok kecil merupakan pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap siswa dalam kelompok kecil menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok berhasil memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ini timbullah rasa bangga dan rasa memiliki kelompok pada tiap anggota kelompok. Siswa berbagai tugas, tetapi merasa satu dalam semangat kerja.
Siswa dalam kelompok kecil berperan serta dalam tugas-tugas kelompok. Agar kelompok kecil berperan konstruktif dan produktif diharapkan :
a) Anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok, dalam hal ini tindakan individual selalu diperhitungkan sebagai anggota kelompok
b) Siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab
c) Tiap anggota kelompok membina hubungan akrab yang mendorong timbulnya semangat tim
d) Kelompok mewujud dalam satuan kerja yang kohesif
Berkelompok memang merupakan kebutuhan individu sebagai makluk sosial. Meskipin demikian bertugas dalam suatu kelompok memang harus didikkan. Dalam berkelompok maka siswa dididik mewujudkan cita kemanusiaan secara objetif dan benar.
c. Guru sebagai Pembelajar dalam Pembelajar Kelompok
Pembelajaran kelompok bermaksud menimbulkan dinamika kelokpokagar kualitas belajar meningkat. Dalam pembelajaran kelompok jumlah siswa yang bermutu diharapkan menjadi lebih banyak. Bila perhatian guru dalam pembelajaran individu tertuju pada tiap individu, maka perhatian guru dalam pembelajaran kelompok tertuju pada semangat kelompok dalam memecahkan masalah. Anggota kelompok yang berkemampuan tinggi dijadikan motor penggerak pemecah masalah kelompok.
Peranan guru pembelajaran kelompok terdiri dari:
1) Pembentukan kelompok
2) Perencanaan tugas kelompok
3) Pelaksanaan
4) Evaluasi hasil belajar kelompok
Pembentukan kelompok kecil merupakan kunci keberhasilan belajar kelompok. Tidak ada pedoman khusus tentang pembentukan kelompok yang jelas. Meskipun demikian ada hal yang patut dipertimbangkan. Pertimbangan pembentukan adalah:
1) Tujuan yang akan diperoleh siswa dalam berkelompok
2) Latar belakang pengalaman siswa
3) Minat atau pusat perhatian siswa
Dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan, maka guru dapat merekayasa kelompok kecil sebagai alat mendidik tiap anggota kelompok.
Perencanaan tugas kelompok perlu disiapkan oleh guru. Bila di kelas ada delapan kelompok kecil misalnya, maka perlu direncanakan 4-8 tugas. Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel berarti semua kelompok bertugas yang sama. Sedangkan tugas komplementer berarti kelompok saling melengkapi pemecahan masalah. Jika guru menghendaki tugas komplementer berarti harus memuat beberapa satuan rencana pembelajaran. Penyimpanan tempat kerja, alat dan sumber belajar, mampu jadwal penyelenggaraan tugas juga harus direncanakan. Dalam perencanaan tugas kelompok tersebut siswa sebaiknya diikutsertakan.
Dalam pelaksanaan mengajar, guru dapat berperan sebagai berikut :
1) Pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok, guru memberi informasi tentang tujuan belajar, tata kerja, kriteria keberhasilan belajar dan evaluasi
2) Setelah kelompok memahami tugasnya, maka kelompok melaksanakan tugas.Guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing dan pengendali ketertiban kerja
3) Pada ahir pelajaran tiap kelompok melaporkan hasil kerja
4) Guru melakukan evaluasitentang proses kerja kelompok sebagai satuan, hasil kerja, perilaku dan tata kerja dan membandingkan dengan kelompok lain. Dalam evaluasi pada tempatnya siswa juga diikutsertakan
Program pembelajaran kelompok memberikan tekanan utama pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok. Kelas yang berisi empat puluhan siswa dalam waktu serempak tidaklah mudah. Pembelajaran kelompok kecil merupakan strategi pembelajaran antara untuk memeperhatikan individu. Pembelajaran kelompok dapat di tempuh guru dengan jalan :
1) Membagi kelas ke dalam beberapa kelompok kecil
2) Membagi kelas dengan memberi kesempatan untuk belajar perorangan dan berkelompok kecil, dalam hal ini guru perlu mencegah terjadinya perilaku siswa sebagai parasit belajar dan ketidak mampuan kerja kelompok.
Pada pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan utama pelaksanaan adalah peningkatan kemampuan kerja kelompok. Kerja kelompok berarti belajar kepemimpinan dan keterpimpinan. Kedua keterampilan tersebut, memimpin dan terpimpin, perlu di pelajari oleh tiap siswa. Dalam masyarakat modern keterampilan memimpin dan terpimpin diperlukan dalam kehidupan.
3. Pembelajaran secara klasikal
Pembelajaran klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal itu disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah. Oleh karena itu ada jumlah minimum siswa dalam kelas. Jumlah siswa tiap kelas pada umumnya berkisar dari 10-45 orang. Dengan jumlah tersebut seorang guru masih dapat membelajarkan siswa secara berhasil melaksanakan dua kegiatan sekaligus yaitu:
1) Pengelolaan kelas
2) Pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari:
a) Kondisi tempat belajar
b) Siswa yang terlibat dalam belajar
Kondisi tempat belajar yang berupa ruang kotor, papan tulis rusak. Meja kursi rusak misalnya dapat menggangu belajar. Sedangkan masalah siswa dapat berupa masalah individu atau kelompok.Gangguan belajar di kelas dapat berasal dari seorang siswa atau sekelompok siswa. Sudah tentu guru di tuntut untuk berketrampilan mengatasi gangguan belajar siswa. Dalam hal ini, guru dapat menggunakan teknik-teknik penguatan agar ketertiban belajar terwujud.
Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Peran guru dalam pembelajaran secara individual dan kelompok kecil berlaku dalam pembelajaran secara klasikal. Tekanan utama pembelajaran adalah seluruh anggota kelas. Di samping penyusunan desain instruksional yang di buat, maka pembelajaran kelas dapat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut :
1) Penciptaan tertib belajar di kelas
2) Penciptaan suasana senang dalam belajar
3) Pemusatan perhatian pada bahan ajar
4) Mengikut sertakan siswa belajar aktif
5) Pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa
Dalam pembelajaran kelas, guru dapat mengajar seorang diri atau bertindak sebagai tim pembelajar. Bila guru menjadi tim pembelajar, maka asas tim pembelajar harus dipatuhi. Tim pembelajar perlu menyusun desain pembelajaran kelas secara baik.
Bagan 5.1 : Perkembangan Kemampuan siswa dalam Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotorik Berkat Pembelajaran.
(Adaptasi : Wikle, 1991; Joyce : Weil, 1980)
(3) siswa bersangkutan memiliki kemampuan pra-belajar, kemampuan tersebut berupa kemampuan-kemampuan kognitif, efektif, dan psimotor, (4) berkat tindak pembelajaran ataupun motivasi instrinsiknya, siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar tersebut siswa mengembangkan atau meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya menjadi lebih baik, (5) berkat evaluasi belajar dari guru, maka siswa dapat digolongkan telah mencapai suatu hasil belajar, wujud hasil belajar tersebut adlah semakin bermutunya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik; hasil belajar tersebut dapat digolongkan sebagai, (6) dampak pengajaran, dan (7) dampak pengiring.
Pembelajaran tersebut menghasilkan suatu kegiatan belajar. Bagi siswa, kegiatan belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mencerna bahan ajar. Secara umum kegiatan belajar tersebut meliputi fase-fase (i) motivasi, yang berarti siswa sadar mencapai tujuan dan bertindak mencapai tujuan belajar, (ii) konsentrasi, yang berarti siswa memusatkan perhatian pada bahan ajar, (iii) mengolah pesan, yang berarti siswa mengolah informasi dan mengambil makna tentang apa yang dipelajari, (iv) menyimpan, yang berarti siswa menyimpan dalam ingatan, perasaan, dan kemampuan motoriknya, (v) menggali, dalam arti menggunakan hal-hal yang dipelajari yang akan dipergunakan untuk suatu pemecahan-pemecahan, (vi) prestasi, dalam arti menggunakan bahan ajar untuk bahan kerja, dan (vii) umpan balik, dalam arti siswa melakukan pembenaran tentang hasil belajar atau prestasinya.
Kegiatan belajar di sekolah, menurut Biggs dan Telfer, pada umumnya dapat dibedakan menjadi empat hal berkenaan dengan (i) belajar yang kognitif seperti pemerolehan pengetahuan, (ii) belajar yang efektif seperti belajar tentang perasaan, nilai-nilai, dan emosi, (3) belajar yang berkenaan dengan isi ajaran, seperti yang ditentukan dalam silabus semacam pokok-pokok bahasan, dan (iv) belajar yang berkenaan dengan proses, seperti bagaimana suatu hasil dapat diperoleh. Keempat jenis belajar tersebut merupakan target sekolah. Keempat kegiatan belajar tersebut dapat digolongkan menjadi tujuan yang akan dicapai dan ranah yang akan dikembangkan. Dari segi tujuan ditemukan adanya pengutamaan isi ajaran dan proses perolehan. Dari segi ranah yang dikembangkan meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Denagn kata lain, menurut Biggs dan Telfer belajar di sekolah dapat dilukiskan dalam tabel 5.2 berikut :
Tujuan Pengajaran | Isi | Proses |
Ranah Kognitif | Mata pelajaran sekolah dan disiplin pengetahuan | Pendekatan pemerolehan seperti pemecahan masalah, penemuan, dan sebagainya |
Ranah Afektif | Pendidikan nilai dengan sengaja | Kejelasan nilai berkenaan denngan perasaan dan sikap |
Ranah Psikomotorik | Pendidikan ketrampilan dengan sengaja | Kejelasan kecekatan psikomotorik dengan gerak |
Tabel 5.2 : Tujuan Pengajaran dengan Didikan Ranah-Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik.
(Adaptasi Biggs dan Telfer, 1987: 10-11; Utomo dan Ruijter, 1991:30)
Dari tabel 5.2 diketahui hal sebagai berikut. Pembelajaran ranah disesuaikan dengan tujuan pengajaran, yaitu mementingkan isi bahan ajar atau proses pemerolehan. Pembelajaran ranah-ranah itu mesih bertingkat-tingkat, menurut Bloom dan kawan-kawan. Memusatkan perhatian pada isi dan proses juga mementingkan hal yang diutamakan. Sebagai ilustrasi, mengutamakan fakta, konsep, teori dalam mata pelajaran tertentu. Atau mengutamakan cara pemecahan masalah seperti penggunaan rumus, alat-alat pelajaran, penemuan ketrampilan dalam pendekatan ketrampilan proses. Pembelajaran ranah kognitif terlaksana dengan pengajaran cabang pengetahuan di sekolah, dan cara-cara pemerolehan. Pembelajaran afaktif berkenaan dengan didikan sengaja tentang nilai seperti keadilan, dan ketrampilannya seperti membagi adil, atau berbuat sopan. Pembelajaran psikomotorik berkenaan dengan ketrampilan tangan atau olah raga, seperti latihan-latihan tertentu.
Adapun ranah, jenis pembelajaran, dan perolehan kemampuan dapat diikuti dalam tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3: Pembelajaran Jenis Ranah dan Contoh Perolehan Kemampuan
Ranah | Jenis yang didikan | Contoh perolehan kemampuan | Keterangan |
1. Kogitif | 1. Pengetahuan 2. Pemahaman 3. Penerapan 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi | 1. Mengetahui….. 2. Menafsirkan…. 3. Menggunakan… 4. Membedakan…. 5. Menyusun…. 6. Mempertimbangkan….. | Sesuai bidang studi |
2. Afektif | 1. Penerimaan 2. Partisipasi 3. Penilaian/penentuan sikap 4. Organisasi 5. Pembentukan pola hidup | 1. Menunjukkan….. 2. Mematuhi….. 3. Menghargai…. 4. Membentuk aturan…. 5. Menunjukkan kepercayaan diri….. | Sesuai jenis nilai, norma, perilaku |
3. Psikomotor | 1. Persepsi 2. Kesiapan 3. Gerakan terbimbing 4. Gerakan terbiasa 5. Gerakan kompleks 6. Penyesuaian pola gerakan 7. Kreativitas | 1. Menafsirkan rangsangan….. 2. Berkonsentrasi….. 3. Meniru contoh…. 4. Berketrampilan…. 5. Berketrampilan secra luwes 6. Menyesuaikan diri 7. Menciptakan hal baru | Sesuai ketrampilan yang didikkan |
Tabel 5.3 menunjukkan upaya pembelajaran ranah dan jenis ranah, serta perolehan kemampuan belajar. Tabel 5.3 hanya suatu contoh yang dapat dikembangkan sendiri oleh para calon guru dan guru.
D. Proses Pengolahan Pesan
Pemerolehan pengalaman, peningkatan jenis ranah tiap siswa tidak sama. Hal itu disebabkan oleh proses pengolahan pesan. Ada dua jenis pengolahan pesan, yaitu secara deduktif dan induktif.
1. Pengolahan Pesan Secara Deduktif
Guru kelas satu di kota A mengajar pokok bahasan “Faktor-Faktor Produksi dan Cara Memperbesar Produksi”. Ia menjelaskan bahwa faktor produksi terdiri dari faktor produksi alam, tenaga, modal, dan organisasi. Ia menerangkan pengertian-pengertian berkenaan faktor-faktor produksi tersebut. Sebagai ilustrasi, ia mengemukakan bahwa “Faktor-faktor alam adalah produksi asli yang merupakan sumber pokok yang memenuhi kebutuhan. Faktor produksi alam tersebut terdiri dari tanah, kekayaan alam, dan tenaga alam.” Kemudian ia memberi contoh tentang hal-hal yang tercakup dalam pengertian tertentu; sebagai ilustrasi, yang tergolong dalm kekayaan alam adalah hewan, tumbuh-tumbuhan, barang tambang. Atas dasar pengertian tersebut guru mengajak siswa untuk mempelajari faktor-faktor produksi di Kabupaten A.
Guru tersebut memulai denag suatu pernyataan generalisasi “Suatu Kabupaten akan menghasilkan produksi tinggi, jika faktor-faktor produksi memenuhi persyaratan untuk berproduksi tinggi.” Kemudian berdasarkan pengertian yang ada, guru meminta siswa untuk mempelajari Kabupaten A dengan panduan pertanyaan guru. Panduan pertanyaan guru antara lain sebagai berikut.
Pertanyaan pertama: Berapa hektar luas sawah, perkebunan, dan lading di Kabupaten A? Berapa banyak danau, sungai, dan pantai di Kabupaten A? Siswa menunjukkan luas sawah, perkebunan, lading yang subur dan tidak subur.
Pertanyaan kedua: Berapa banyak tenaga kerja manusia di pertanian sawah, lading, dan perkebunan? Berapa persen tenaga yang tergolong tenaga ahli, berpengalaman, den tenaga kasar?
Pertanyaan ketiga: Dari mana para petani, pengusaha perkebunan memperoleh modal? Dapatkah mereka memperoleh tambahan modal?
Pertanyaan keempat: Apakah Kabupaten A juga memiliki kekayaan alam lain yang dapat memperbanyak jenis produksi? Apakah ada pabrik dan masih mungkin mendirikanpabrik baru?
Pertanyaan kelima: Apakah Kabupaten A tergolong kabupaten yang menghasilkan produksi tinggi? Apakah faktor-faktor produksi memenuhi persyaratan tersebut? Apakah data yang diperoleh mendukung generalisasi tersebut?
Dengan pertanyaan bimbingan guru tersebut, siswa mengumpulkan bukti bahwa Kabupaten A memang tergolong kabupaten berproduksi tinggi. Data penghasilan rata-rata penduduk dan kehidupan sehari-hari mendukung generalisasi tersebut.
Contoh perilaku pemerolehan pengetahuan siswa tersebut tergolong pengolahan pesan secara deduktif. Secara umum perilaku pengolahan pesan secara deduktif dapat dilukiskan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Tahap satu: Pendahuluan pembelajaran.
Tahap dua: penyajian generalisasi dan konsep. Dalam hal ini guru mengemukakan rumusan generalisasi yang telah disiapkan, dan gurujuga menjelaskan konsep dengan contoh-contoh. Siswa berperanan memahami generalisasi dan konsep tersebut.
Tahap tiga: Pengumpulan data yang mendukung generalisasi. Guru meminta siswa mengumpulkan data. Siswa mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menguji kesahan data.
Tahap empat: Analisis data dan verifikasi generalisasi. Guru meminta siswa mwnganalisis data yang terkumpul, dan menguji kembali generalisasi. Bila perlu siswa dapat mengumpulkan data lagi agar verifikasi generalisasi lebih meyakinkan.
Tahap lima: Aplikasi generalisasi pada data yang terkumpul.
Tahap enam: evaluasi tentang proses pengolahan pesan, pemerolehan pengetahuan atau pengalaman tersebut. Pelaku evaluasi sebaiknya guru dan siswa secara bersama-sama.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pengolahan pesan secara deduktif dimulai dengan (i) guru mengemukakan generalisasi, (ii) penjelasan berkenaan dengan konsep-konsep, dan (iii) pencarian data yang dilakukan oleh siswa. Pengumpulan data tersebut berguna untuk menguji kebenaran generalisasi. Dalam kegiatan isi siswa juga mengaplikasikan konsep terhadap data tersubut.
2. Pengolahan Pesan Secara Induktif
Guru kelas satu SMP di Kota B mengajarkan bahasan tentang “Ekonomi Rumah Tangga dan Perilaku Menabung”. Di kelasnya terdapat 40 orang siswa. Menurut daftar induk diketahui bahwa orang tua siswa umumnya bekerja sebagai pegawai negeri, pedagang, penjaja makanan, ABRI, pegawai perusahaan swasta, pengusaha took, sopir, penjaga malam, dan tukang becak. Keempat puluh siswa tersebut dibagi menjadi delapan kelompok. Tiap siswa ditugaskan untuk mencari informasi tentang penerimaan dan pengeluaran tiap bulan pada orang tua masin-masing. Informasi yang dikumpulkan berkanaan dengan gaji atau pendapatan tatap, pembelian beras, lauk pauk, bahan bakar, lampu, air, gula, kopi dan kebutuhan camilan, pakaian, biaya sekolah, uang saku, tabungan, dana sakit, rekreasi, dan pengeluaran tak terduga. Perolehan informasi tersebut dimasukkan kedalam Lajur Anggaran Rumah Tangga. Lajur yang digunakan tiap siswa sebagai tabel 5.4
Tabel 5.4 : Lembar Kerja Lajur Anggaran Rumah Tangga untuk Survei Ekonomi Rumah Tangga
Anggaran Rumah Tangga
Bulan:………………… Keluarga:………………..
Penerimaan | Pengeluaran |
1. Gaji/penghasilan tetap Rp…………… 2. Bunag tabungan Rp…………… 3. Lain-lain Rp……………. | 1. Pembelian beras Rp……………………. 2. Lauk pauk Rp……………….. 3. Bahan bakar Rp………………… 4. Listrik Rp……………… 5. Air Rp…………………. 6. Gula kopi Rp……………….. 7. Camilan Rp…………. 8. Pakaian Rp……………. 9. Biaya sekolah Rp…………… 10. Uang saku anak Rp…………….. 11. Dana sakit Rp…………. 12. Rekreasi Rp…………….. 13. Tak terduga Rp…………… 14. Tabungan Rp…………. |
Jumlah Rp…………………………. | Rp…………………. |
No……………..
(Adaptasi dari Sutjiono, 1987).
Informasi tentang penerimaann dan pengeluaran orang tua siswa dikumpulkan oleh kelompok. Guru membimbing analisis analisis tentang anggaran penerimaan dan pengeluaran rumah tangga kelompok orang tua dengan mengajukan pertanyaan bimbingan. Diantara pertanyaan bimbingan tersebut sebagai berikut.
Pertanyaan pertama: Berapa penerimaan terkecil diantara penduduk (orang tua siswa di kelas)? Berapa penerimaan terbesar? Atas dasar jawaban siswa, tiap kelompok membuat tabulasi.
Pertanyaan kedua : Berapa sellisih penerimaan terbasar dan terkecil? Siswa diminta membagi sellisih tersebut menjadi tiga. Kemudian siswa diminta mengelompokkan penerimaan rumah tangga menjadi tiga kelompok, yaitu penerimaan tergolong rendah, sedang, dan tinggi.
Pertanyaan ketiga: Berapa orangkah yang tergolong memiliki penerimaan rendah, sedang dan tinggi?
Pertanyaan keempat: Berapa orangkah diantara golongan berpenerimaan rendah, sedang, dan tinggi membelanjakan peneluaran tertinggi? Berapa orang yang membelanjakan dengan pengeluaran terendah?
Pertanyaan kelima: Berapa jumlah rata-rata penerimaan golongan rendah, sedang, dan tinggi? Berapa jumlah rata-rata pengeluaran golongan rendah, sedang dan tinggi?
Pertanyaan keenam: Berapa orangkah yang jumlah pengeluarannya lebih besar dari penerimaannya, pada golongan rendah, sedang, atau tinggi?
Pertanyaan ketujuh: Berapa orangkah yang memiliki tabungan, pada golongan rendah, sedang, dan tinggi? Berapa rata-rata pengeluaran rekreasi pada ketiga golongan tersebut? Berapa rata-rata pengelauran dan sakit pada ketiga golongan tersebut?
Pertanyaan kedelapan: Adakah orang yang tergolong hemat pada ketiga golongan tersebut? Adakah orang yang tergolong boros pada ketiga golongan tersebut?
Pertanyaan kesembilan: Kesimpulan apakah yang dapat ditarik dari ekonomi rumah tangga pada ketiga golongan tersebut? Usaha apakah yang dapat dilakukan agar dapat menabung? Apakah yang dapat dihemat, dana rekreasi atau dan sakit, apakah usaha tiap keluarga?
Pertanyaan kesepuluh: Dari kesimpulan sementaratersebut, dapatkah dirumuskan bahwa “hemat pengeluaran lebih baik daripada boros?” bagaimana dengan pepatah “kecil menabung, tua beruntung?” Setujukah siswa dengan semboyan hidup sederhana?
Dengan pertanyaan bimbingan tersebut siswa menarik kesimpulan berdasarkan data yang terkumpulkan. Siswa membuat generalisasi, tidak menguji generalisasi.
Contoh perilaku pemerolehan pengetahuan tersebut tergolong pengolahan pesan secara induktif. Secara umum perilaku pengolahan pesan secara induktif dapat dilukiskan sebagai berikut.
Tahap satu: Pendahuluan pembelajaran.
Tahap dua: Pengumpulan data. Guru meminta siswa mengumpulkan data sehubungan denga topic yang dipelajari. Sebaiknya guru telah mempersiapkan lembaran kerja. Dalam pembuatan lembaran kerja sebaiknya siswa juga diajak serta. Pekerjaan pengumpulan data dapat dilakukan beberapa tahap, sesuai dengan masalah yang dipelajari.
Tahap tiga: Analisis data. Guru meminta siswa untuk mempelajari data, menggolong-golongkan, membandingkan, menguji kebenaran data, dan menyimpulkan sementara.
Tahap empat: Perumusan dan pengujian hipotesis. Hipotesis disusun berdasarkan teori yang ada atau prinsip yang benar. Data yang ditemukan dapat digunakan untuk uji hipotesis. Hipotesis dapat ditolak atau diterima. Bila ternyata benar, hipotesis diterima. Sebaliknya, bila ternyata salah, hiootesis ditolak.
Tahap lima: Mengaplikasikan generalisasi. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menerapkan generalisasi pada data lain.
Tahap enam: Evaluasi hasil dan proses belajar. Guru memberi nilai pada proses pemerolehan, pengolahan, analisis, penarikan generalisasi, rumusan generalisasi, dan uji hipotesis.
Pengolahan pesan secara induktif bermula dari (i) fakta atau peristiwa khusus, (ii) penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, (iii) penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep. Bila sudah ada teori yang benar, pada umumnya dirumuskan hipotesis, (iv) terapan generalisasi pada data baru, atau uji hipotesis, kemudian (v) penarikan kesimpulan lanjut.
Rangkuman
Belajar dapat dilakukan disembarang tempat, kondisi, dan waktu. Cepatanya informasi lewat radio, telivisi, film, wisatawan, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar. Meskipun informasi dengan mudah dapat diperoleh, tidak dengansendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dari padanya. Guru profesional memerlukan ketrampilan dan pengetahuan dan ketrampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang hayat.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat (i) pengorganisasian siswa, (ii) posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan (iii) pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan (i) pembelajaran secara individual, (ii) pembelajaran secara kelompok, dan (iii) pembelajaran secara klasikal. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersebut tujuan pengajaran, peran guru dan siswa, program pembelajaran, dan disiplin belajar berbeda-beda. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersebut seyogianya digunakan untuk membelajarkan siswa yang menghadapi kecepatan informasi pada masa kini.
Sehubungan dengan posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, guru dapat menggunakan strategi ekspositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri. Strategi ekspositoei masih terpusat pada guru; oleh Karena itu seyogianya dikurangi. Stretegi discovery dan inkuiri erpusat pada siswa. Dalam kedua strategi ini siswa durancang aktif belajar, sehingga ia dapat menemukan, bekerja secara ilmu pengetahuan, dan merasa senang. Pada tempatnya guru menggunakan strategi discovery dan inkuiri yang sesuai dengan pedekatan CBSA.
Dalam pembelajaran pada pebelajar terjadi peningkatan kemampuan. Semula, ia memiliki kemampuan pra-belajar; dalam proses belajar pada kegiatan belajar hal tertentu, ia meningkatkan tingkat atau memperbaiki tingkat ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah tersebut didasarkan atas evaluasi guru dan unjuk kerja siswa dalam pemecahan masalah. Dari sisi guru, proses pemerolehan pengalaman siswa atau proses pengolahan pesan tersebut dapat dilakukandengan cara deduktif dan induktif. Pengolahan pesan secara deduktif dimulai dari generalisasi atau suatu teori yang benar, pencarian data, dan uji kebenaran generalisasi atau yeori tersebut. Pada pengolahan pesan secara induktif kegiatan bermula dari adanya fakta atau peristiwa khusus, penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, kemudian disusun generalisasi atas dasar konsep-konsep. Dalam usaha pembelajaran guru dapat menggunakan pengolahan pesan secara deduktif atau induktif tergantung pada bidang studinya.
Sumber : Dimyati & Mudjiono. 2006. . Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar